 
Waktu menunjukan pukul 00.30 pagi. Mataku masih terjaga untuk  menikmati acara-acara yang ditampilkan saat itu di televise. Sampailah  saya menyaksikan film yang diputar di salah satu televisi Indonesia.  Film yang diputar saat itu dalah Film Cina. Ini jalan cerita yang saya  dapatkan.
Ada seorang anak laki-laki dititipkan di rumah Sholin yang mana iya  diasuh oleh para guru yang kehebatan Kung Fu-nya sangan hebat.  Diantaranya ada guru terrtua. Anak itu menemani guru tertuanya untuk  melatih kemampuan pada malam hari. Guru itu melatih serta mengajarkan  bagaimana memundurkan waktuyang telah terlewat. Tapi mungkin karena  kurang menguasai, maka guru tertua itu pun meninggal dunia. Anak kecil  itu akhirnya menjadi besar dan memiliki banyak kemampuan. Anak kecil itu  kita sebut saja si Joe(saat itu sudah sangat larut, saya sendiri juga  kurang menyimak dengan baik tapi saya tahu garis besarnya),
Saat dia menjadi besar. Ia mempunyai keinginan untuk mencari orang  tuanya yang telah meninggalkannya di Sholin. Sampailah dia di kota besar  dan bertemu dengan Pak Tua. Pak Tua itu melihat kemampuan yang besar  yang dimiliki oleh Joe. Dia meminta Joe untuk bermain basket. Awalnya  memang permainannya kurang baik. Tapi ternyata setelah mengenal dunia  basket dan mencoba untuk menjadi yang terbaik, maka dia pun bisa bermain  dengan luar biasa. Dia masuk dalam tim inti di klub basket Universitas  yang terkenal. Singkat cerita akhirnya mereka harus bertanding dengan  tim basket yang kuat hanya saja tim basket ini berlaku curang dan  bermain dengan kasar. Dua orang pemain inti dari tim Joe pun terluka  padahal mereka tumpuan dari tim ini selain dari Joe sendiri yang  kemampuannya di prioritaskan dalam tim ini. Untung saja di tengah jalan,  terjadi kejadian mati lampu sehingga mengalami pemunduran waktu dalam  pertandingan. Dalam waktu pemunduran tersebut, guru-guru dari Joe yang  berasal dari Sholin dating berkunjung untuk membantu Joe dan  teman-teman.
Tim Sholin pun menang dari pertandingan adu kekuatan yang dilanjutkan  kembali dengan pertandingan basket yang tertunda itu. Tim lawan tetap  saja melakukan kecuranga. Sampailah pada detik terakhir, ternyata Joe  seharusnya berhasil melakukan tembakan tetapi wasit yang mengawasi  pertandingan tersebut dibayar oleh tim lawan dan memukul naik bola yang  telah masuk ke ring, alhasil mereka merasa diri mereka menang.  Berpikirlah Joe, karena merasa telah dicurangi, ia mencoba ilmu yang  telah merenggut nyawa guru tertuanya dulu di Sholin. Ia mencoba untuk  memundurkan waktu yang telah dilewati dan hal itu ternyata berhasil.  Waktu menjadi mundur dan tim Joe pun berhasil menang dalam pertandingan  ini.
Sebenarnya dalam setiap pertandingan Joe selalu merasakan bahwa  ketika ia bertanding orangtuanya datang untuk melihatnya bertanding.  Ternyata orangtua yang dia sangka adalah orangtua dari dirinya adalah  orangtua dari teman timnya sendiri. Rasa kecewa pun merasuk pada diri  Joe. Tetapi dalam kesehariannya dia tetapi ditemani oleh Pak Tua.
Sampailah pada suatu hari, ia dicari oleh seseorang dan ternyata  orang tersebut adalah ayahnya. Ayahnya seorang pengusaha terkaya di  ASIA. Joe diantar ke rumahnya. Dia akhirnya dapat melihat ayahnya yang  kini berada di kursi rod akibat sakit. Ternyata ayahnya dulu  meninggalkan Joe karena bangkrut dan dikejar-kejar oleh penagih utang.  Ia tidak ingin Joe merasakan apa yang ia rasakan. Ayahnya berencana  untuk memperkenalkan Joe pada banyak orang dan dikirim untuk tinggal di  London.
Kesedihan pun datang menghampiiri hati dari Pak Tua tanpa diketahui  bahwa kesedihan yang sama pun menghampiri pada diri Joe. Pak Tua sedih  karena dirinya tidak akn bertemu dengan Joe kembali. Segala harapannya  putus ketika Joe kembali pada ayah kadungnya. Hidupnya seperti ada yang  hilang saat Joe tidak berada di sisinya.
Saat dia sedang duduk di rumah makan tempat anak perempuannya  bekerja. Joe datang menghampirinya. Ternyata Joe tidak jadi berangkat ke  London. Disinilah hati saya menjadi terharu ketika mendengar setiap  kata yang keluar dari mulut Joe dan Pak Tua itu. Joe berkata
“Saya tidak jadi bernagkat ke London.”
“Memangnya hal apa yang menhalangi kamu untuk pergi?” tanya pak Tua
“ Ada seseorang yang dulu meminta saya untuk bermain basket. Dia mempunyai impian
bahwa saya bisa menjadi pemain yang baik dan terkenal. Segala harapannya dia tarukan
dalam diri saya dan saya telah mengabulkan segala impiannya tersebut. Saya tidak bisa
meninggalkannya”(sambil berkata demikian diperlihatkan kembali ketika Joe dan Pak
Tua bersama-sama, seseorang yang dimaksudkan oleh Joe adalah Pak Tua)
Pak Tua pun berkata,
“Hidup saya hampa dan berusaha untuk mengakhiri hidup karena segala impian yang
dahulu telah hilang. Tetapi ketika melihat bayi kecil yang begitu luar biasa. Maka hidup
saya pun menjadi bangkit kembali. Semangat saya, kekuatan saya semuanya bangkit.
Segala harapan yang dulu hilang telah kembali ada dan harapan itu telah tekabul dalam
tubuh bayi kecil itu.”
Mereka menjadi sedih dan sama-sama menangis.
Dari cerita ini saya mengambil pelajaran.
Bahwa ketika kita lahir atau bahkan ketika kita ada di perut ibu  kita. Orangtua kita sudah membuat harapan-harapan yang baik serta berdoa  bagi kita. Segala harapan-harapan yang mungkin dulu menjadi impiannya  diberikan harapan itu pada kita. Ketika kita dilahirkan ke dunia ini,  nama kita menjadi doa dan harapan pula dalam diri kita. Bagaimana orang  yang begitu mereka harapkan, membuat mereka kecewa ?? Siapakah diri  kita? Tanpa mereka kita tidak bisa ada di dunia ini. Saya banyak belajar  dari film ini. Film ini membukakan pada saya dan kita semua, bahwa  harapan orang tua kita sangat besar bagi kita. Kita sebagai anaknya  harus berusaha menjadi yang terbaik bagi diri mereka. Berjuang keras  untuk menjadikan mereka bangga memiliki mereka. Terlebih lagi kepada  Tuhan yang telah menciptakan kita sehingga ciptaanNya tidak menjadi  sia-sia meski Tuhan tidak pernah menciptakan ciptaanNya tanpa tujuan  tetapi memiliki tujuan yang indah bagi ciptaan itu sendiri dan berguna  bagi ciptaan yang lain.
the article from : http://dessyre90.ngeblogs.com/2009/09/26/harapan-itu-ada-pada-diri-kita/ 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar