Kamis, 25 Agustus 2011

HARAPAN ITU ADA PADA DIRI KITA



Waktu menunjukan pukul 00.30 pagi. Mataku masih terjaga untuk menikmati acara-acara yang ditampilkan saat itu di televise. Sampailah saya menyaksikan film yang diputar di salah satu televisi Indonesia. Film yang diputar saat itu dalah Film Cina. Ini jalan cerita yang saya dapatkan.

Ada seorang anak laki-laki dititipkan di rumah Sholin yang mana iya diasuh oleh para guru yang kehebatan Kung Fu-nya sangan hebat. Diantaranya ada guru terrtua. Anak itu menemani guru tertuanya untuk melatih kemampuan pada malam hari. Guru itu melatih serta mengajarkan bagaimana memundurkan waktuyang telah terlewat. Tapi mungkin karena kurang menguasai, maka guru tertua itu pun meninggal dunia. Anak kecil itu akhirnya menjadi besar dan memiliki banyak kemampuan. Anak kecil itu kita sebut saja si Joe(saat itu sudah sangat larut, saya sendiri juga kurang menyimak dengan baik tapi saya tahu garis besarnya),

Saat dia menjadi besar. Ia mempunyai keinginan untuk mencari orang tuanya yang telah meninggalkannya di Sholin. Sampailah dia di kota besar dan bertemu dengan Pak Tua. Pak Tua itu melihat kemampuan yang besar yang dimiliki oleh Joe. Dia meminta Joe untuk bermain basket. Awalnya memang permainannya kurang baik. Tapi ternyata setelah mengenal dunia basket dan mencoba untuk menjadi yang terbaik, maka dia pun bisa bermain dengan luar biasa. Dia masuk dalam tim inti di klub basket Universitas yang terkenal. Singkat cerita akhirnya mereka harus bertanding dengan tim basket yang kuat hanya saja tim basket ini berlaku curang dan bermain dengan kasar. Dua orang pemain inti dari tim Joe pun terluka padahal mereka tumpuan dari tim ini selain dari Joe sendiri yang kemampuannya di prioritaskan dalam tim ini. Untung saja di tengah jalan, terjadi kejadian mati lampu sehingga mengalami pemunduran waktu dalam pertandingan. Dalam waktu pemunduran tersebut, guru-guru dari Joe yang berasal dari Sholin dating berkunjung untuk membantu Joe dan teman-teman.

Tim Sholin pun menang dari pertandingan adu kekuatan yang dilanjutkan kembali dengan pertandingan basket yang tertunda itu. Tim lawan tetap saja melakukan kecuranga. Sampailah pada detik terakhir, ternyata Joe seharusnya berhasil melakukan tembakan tetapi wasit yang mengawasi pertandingan tersebut dibayar oleh tim lawan dan memukul naik bola yang telah masuk ke ring, alhasil mereka merasa diri mereka menang. Berpikirlah Joe, karena merasa telah dicurangi, ia mencoba ilmu yang telah merenggut nyawa guru tertuanya dulu di Sholin. Ia mencoba untuk memundurkan waktu yang telah dilewati dan hal itu ternyata berhasil. Waktu menjadi mundur dan tim Joe pun berhasil menang dalam pertandingan ini.

Sebenarnya dalam setiap pertandingan Joe selalu merasakan bahwa ketika ia bertanding orangtuanya datang untuk melihatnya bertanding. Ternyata orangtua yang dia sangka adalah orangtua dari dirinya adalah orangtua dari teman timnya sendiri. Rasa kecewa pun merasuk pada diri Joe. Tetapi dalam kesehariannya dia tetapi ditemani oleh Pak Tua.

Sampailah pada suatu hari, ia dicari oleh seseorang dan ternyata orang tersebut adalah ayahnya. Ayahnya seorang pengusaha terkaya di ASIA. Joe diantar ke rumahnya. Dia akhirnya dapat melihat ayahnya yang kini berada di kursi rod akibat sakit. Ternyata ayahnya dulu meninggalkan Joe karena bangkrut dan dikejar-kejar oleh penagih utang. Ia tidak ingin Joe merasakan apa yang ia rasakan. Ayahnya berencana untuk memperkenalkan Joe pada banyak orang dan dikirim untuk tinggal di London.

Kesedihan pun datang menghampiiri hati dari Pak Tua tanpa diketahui bahwa kesedihan yang sama pun menghampiri pada diri Joe. Pak Tua sedih karena dirinya tidak akn bertemu dengan Joe kembali. Segala harapannya putus ketika Joe kembali pada ayah kadungnya. Hidupnya seperti ada yang hilang saat Joe tidak berada di sisinya.

Saat dia sedang duduk di rumah makan tempat anak perempuannya bekerja. Joe datang menghampirinya. Ternyata Joe tidak jadi berangkat ke London. Disinilah hati saya menjadi terharu ketika mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Joe dan Pak Tua itu. Joe berkata
“Saya tidak jadi bernagkat ke London.”
“Memangnya hal apa yang menhalangi kamu untuk pergi?” tanya pak Tua
“ Ada seseorang yang dulu meminta saya untuk bermain basket. Dia mempunyai impian
bahwa saya bisa menjadi pemain yang baik dan terkenal. Segala harapannya dia tarukan
dalam diri saya dan saya telah mengabulkan segala impiannya tersebut. Saya tidak bisa
meninggalkannya”(sambil berkata demikian diperlihatkan kembali ketika Joe dan Pak
Tua bersama-sama, seseorang yang dimaksudkan oleh Joe adalah Pak Tua)
Pak Tua pun berkata,
“Hidup saya hampa dan berusaha untuk mengakhiri hidup karena segala impian yang
dahulu telah hilang. Tetapi ketika melihat bayi kecil yang begitu luar biasa. Maka hidup
saya pun menjadi bangkit kembali. Semangat saya, kekuatan saya semuanya bangkit.
Segala harapan yang dulu hilang telah kembali ada dan harapan itu telah tekabul dalam
tubuh bayi kecil itu.”
Mereka menjadi sedih dan sama-sama menangis.

Dari cerita ini saya mengambil pelajaran.
Bahwa ketika kita lahir atau bahkan ketika kita ada di perut ibu kita. Orangtua kita sudah membuat harapan-harapan yang baik serta berdoa bagi kita. Segala harapan-harapan yang mungkin dulu menjadi impiannya diberikan harapan itu pada kita. Ketika kita dilahirkan ke dunia ini, nama kita menjadi doa dan harapan pula dalam diri kita. Bagaimana orang yang begitu mereka harapkan, membuat mereka kecewa ?? Siapakah diri kita? Tanpa mereka kita tidak bisa ada di dunia ini. Saya banyak belajar dari film ini. Film ini membukakan pada saya dan kita semua, bahwa harapan orang tua kita sangat besar bagi kita. Kita sebagai anaknya harus berusaha menjadi yang terbaik bagi diri mereka. Berjuang keras untuk menjadikan mereka bangga memiliki mereka. Terlebih lagi kepada Tuhan yang telah menciptakan kita sehingga ciptaanNya tidak menjadi sia-sia meski Tuhan tidak pernah menciptakan ciptaanNya tanpa tujuan tetapi memiliki tujuan yang indah bagi ciptaan itu sendiri dan berguna bagi ciptaan yang lain.

the article from : http://dessyre90.ngeblogs.com/2009/09/26/harapan-itu-ada-pada-diri-kita/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar